Sabtu, 10 Februari 2018

NHW #3 MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH



🏡 MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH 🏡

Nhw kali ini sangat menguras rasa. Saat ini saya sudah menikah dan memiliki satu orang anak.

Saya dengan satu tim lengkap bertiga.

a. Jatuh cintalah kembali dengan suami.
Bagaimana caranya? Dalam kurun waktu hampir 3 tahun terakhir ini, Allah sedang memberikan ujian yang luar biasa pada keluarga kami sebagai tanda kasih sayang-Nya. Rasa lelah dalam berjuang agar tetap bisa bertahan menjalani kehidupan membuat saya banyak mengabaikan hal-hal kecil yang bisa membuat suami tersenyum bahagia. Siang tadi saya menulis sepucuk surat cinta untuknya yang berisi aliran rasa, saat menuliskannya air mata ikut meleleh. Saya berikan surat itu pada malam hari. Setelah membaca isi surat, suami menghampiri dan memeluk saya. Ia membisikkan kalimat yang membuat kami mengingat kembali tujuan pernikahan kami. Sungguh saya telah melupakan hal yang sangat penting ini. Bahwa bahtera kami harus dijalani berdua dengan satu tujuan, bukan sendiri-sendiri. Allah selalu menyelipkan pesan khusus dalam setiap misi spesifiknya. Allah ingin kami saling menyayangi, mensupport dalam setiap kondisi, dan mengisi satu sama lain.

b. Potensi kekuatan anak.
Baby Aisyah (9 bulan), Ia adalah putri kecil pertamaku, yang hadir disaat kondisi saya dan suami berada dititik terendah. Jangankan untuk melanjutkan promil, untuk biaya hidup sehari-haripun kami nyaris tidak ada. Aisyah adalah hadiah yang Allah berikan untuk menggembirakan hati kami atas kegundahan kami selama 7 tahun menantinya. Sesuai dengan nama yang kami sematkan untuknya 'Aisyah'. Saya dan suami berharap ia dapat menjadi wanita yang cantik, cerdas, kuat, penuntut ilmu, dan penyejuk hati kami seperti sifat-sifat yang dimiliki oleh Ummul Mukminin Aisyah Ra istri Rasulullah SAW.
Sebagai ibu, saya bisa merasakan Baby Aisyah memiliki karakter yang kuat, sedikit tidak sabar. Saya melihat semangat dan usahanya yang tidak mudah menyerah setiap ia ingin belajar sesuatu. Ia terus berusaha belajar sampai berhasil.  Awal pertama kali ketika ia belajar menyusu 'direct breast feeding' dihari pertama setelah lahir, ia menangis marah karena tidak bisa, lalu mencoba kembali sampai ia bisa menyusu dengan lancar. Pun ketika usia 2 bulan ia marah saat tidak berhasil tengkurap lalu mencoba lagi dan berhasil. Begitulah tahap demi tahap tumbuh kembang yang ia lewati sampai saat ini. Ia kuat dan menguatkan kami, meyakinkan kami akan bisa bangkit kembali seperti dulu dengan jalan yang lebih Allah ridhoi. Baru belakangan saya dan suami mengerti, mengapa Aisyah baru hadir ditahun pernikahan kami yang ke 7. Karena Allah ingin kami memperbaiki diri dulu, membersihkan diri, membersihkan harta, menghargai orang tua dan belajar agama lebih dalam lagi.

c. Potensi diri sendiri
Latar belakang pendidikan saya adalah praktisi medis, kemudian melanjutkan studi kesehatan masyarakat dengan spesifikasi peminatan manajemen administrasi kesehatan. Terbiasa bekerja dilingkungan praktisi membuat saya tidak memahami sistem dan fungsi manajerial. Setelah lulus dari studi manajemen saya mulai berfikir banyak hal yang bersifat manajerial. Ditengah perjalanan, keluarga kami dituntut oleh kondisi yang membuat kami harus berfikir lebih keras untuk bertahan hidup. Bahkan untuk membeli seliter beraspun harus memutar otak. Saat ini akhirnya saya menemukan 'misi spesifik Allah' mengapa saya diarahkan untuk mejalani studi manajemen 4 tahun lalu. Dengan sedikit bekal dari bangku kuliah saya pun memiliki kekuatan untuk mem-back up keluarga. Saat ini saya sedang belajar menjalani bisnis sendiri yang masih kecil namun saya cita-citakan menjadi besar :)

d. Tantangan di lingkungan
Keluarga kami yang masih jauh dari kesempurnaan, penuh dengan kekurangan. Kami berusaha untuk tetap dapat tinggal ditempat yang layak dan sehat. Kami hidup di lingkungan yang sangat nyaman, aman, bersih, sehat. Namun Allah memberikan sedikit pelajaran untuk kami, agar kami jangan lengah berada di zona nyaman ini. Detik demi detik, warning-warning kecil hadir menghiasi kehidupan kami. Denial diawal tentu saja. Kemudian pelahan kami mengerti maksud dari 'misi spesifik Allah' mengapa keluarga kami berada ditempat ini. Tetaplah bersabar atas Qada dan Qadar, Janganlah terlalu berbangga atas apa yang sudah diraih, apalagi ilmu akhirat, tetaplah menundukkan kepala, karena sejatinya setelah belajar manusia itu hanya lebih baik dari dirinya yang kemarin, tidak lebih baik dari siapapun.



#nhw3
#kelasmatrikulasiiipbekasi2
#kuliahmatrikulasibatch5
#srirosita
#membangunperadabandaridalamrumah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar